Bagi masyarakat Sulawesi Barat, khususnya Polewali Mandar, nama 'besar' sungai mandar sudah tidak asing lagi. Mungkin, boleh dikatakan peradaban suku Mandar adalah peradaban air. “DNA” masyarakat mandar akrab dengan sungai dan laut (air).
Ada sebuah tradisi unik yang dilakukan sebagian masyarakat yang bermukim disekitar sungai Mandar, 'berburu' kayu. berburu kayu yang dimaksud adalah, berburu kayu yang hanyut di sungai Mandar, atau biasa dikenal 'paqoronni ayu'.
Dalam sebuah video yang diunggah oleh seorang netter ke situs berbagi youtube pada Juni 2017 lalu, memperlihatkan sebuah rekaman video amatir 'Paqoronni ayu'. Ketika debit air sungai Mandar mengalami kenaikan dan arusnya cukup deras akibat curah hujan yang deras, sebagian masyarakat yang bermukim disekitarnya akan merasakan kecemasan. Namun untuk sebagian masyarakat yang bermukim disekitar muara sungai mandar khususnya kawasan Tinambung, naiknya debit air ini merupakan kebahagiaan tersendiri.
Bagi sebagian masyarakat tersebut, naiknya debit air yang dibarengi dengan derasnya aliran sungai, merupakan kesenangan bagi mereka, karena mereka dapat menyalurkan hobi ekstreem mereka yaitu berenang mengejar kayu. Mereka akan melompat dari atas jembatan ke dalam derasnya sungai untuk menggapai kayu-kayu yang hanyut terbaru derasnya arus sungai.
Dalam video tersebut, para pemburu kayu ini akan melompat ke sungai dan berenang tanpa alat pengaman mengejar kayu yang ikut hanyut. Dengan mengandalkan kayuhan kaki, mereka menggiring kayu dengan cara mendorong menggunakan tangan hingga ke pinggir sungai. Terkadang mereka ikut hanyu hingga ratusan meter dari titik awal lompatan ketika berusaha mengejar kayu.
Kampung yang masyarakatnya terkenal gemar memburu kayu hanyut (paqoronni ayu) adalah Calo-calo dan Pa’giling. Kampung tersebut terletak diantara jembatan Tinambung (tua) sampai kaki bukit Ciping, Kelurahan Tinambung, Kecamatan Tinambung, Kabupaten Polewali Mandar.
Berikut videonya
Comments
Post a Comment